Makalah Ilmu Budaya Dasar 7
MAKALAH ILMU
BUDAYA DASAR

Disusun oleh :
NAMA : RAHAN
SATRIODARMADI
KELAS : 1EA16
NPM : 11220314
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Ilmu Budaya Dasar ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada Mata
Kuliah Ilmu Budaya Dasar #. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Budaya bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Bagus Nurcahyo, selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu
Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 13 November 2020
DAFTAR
ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penderitaan
B. Contoh-Contoh Penderitaan
C. Pengertian Siksaan
D. Pengertian Phobia
E. Jenis-Jenis Siksaan Yang
Bersifat Psikis
F. Penyebab Seseorang
Ketakutan
BAB III PENUTUP
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di dunia ini
dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang mengembirakan dan cobaan yang
menyusahkan. Cobaan tersebut berupa tahapan dan rintangan yang menguji manusia
dalam kehidupan. Apa bila mampu menyelesaikan dengan baik akan mendapatkan
pahala dan bila mengingkari ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan
di akhirat kelak.
Terkadang manusia terbuai pada kegembiraan,
padahal kegembiran juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir akibat
keterlenaan dan berlebihan (melampaui batatas) yang berujung pada suatu
penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun
tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan
emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada
pula ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan
perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga
tetap pada pendedritaan dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu
begitu saja di hadapanya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap
overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau menghadapi masalah atau lari
dari masah namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang
mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia namun di
akhirat berujung pada penderitan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas
dari yang namanya masalah baik yang menyusahkan atau yang menggembirakan.
Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses
dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika-liku kehidupan
yang sering dianggap sebagai suatau penderitaan. Susah maupun senang merupakan
dua agenda yang silih berganti tejadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada
senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih
baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk
akherat dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia juga dituntut untuk keimanan terhadap
Tuhannya, baik duka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri. Manusia
sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan. Namun harus bangkit
mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga. Dan terus
belajar menelusuri kehidupan karena ada hikmah di balik penderitaan.
Penderitaan datang tak terduga begitu pula
kebahagian datang dari celah tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap
siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita
berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini, tidak pilih-pilih
saat senang semangat sat susah loyo, atau saat duka tabah saat senang tidak
bersukur. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bangkit saat
tergelincir.
Semangat juga bukan semangat yang melampaui
batas, tetapi berusaha menenenagkan hati, sabar menghadapi penderitaan, hati
iklas lilahita ala mengharap ridho Allah. Karena solusi-solusi saat menghadapi
penderitaan akan mudah muncul saat hati tenang dan berpikir jernih. Berbeda
dengan tergesa-gesa menyebabkan solusi di depan mata terlihat jauh. Dan
terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. kita juga
bukan hanya menunggu desakan solusi tapi perlu menyambut solusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
penderitaan?
2. Apa saja contoh-contoh
penderitaan?
3. Apa yang dimaksud dengan
siksaan?
4. Apa yang dimaksud dengan
phobia?
5. Apa saja jenis-jenis
siksaan yang bersifat psikis?
6. Apa yang menyebabkan
seseorang ketakutan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari
kata dasar derita. Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa
sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggung. Jadi
dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan.
Penderitaaan dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin.
Penderitaan secara lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komposisi
yang mengalami kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan
menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak
dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Ada pula kondisi alam
yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat
kehujanan membuat kedinginan.
Ada pula penderitaan yang secara lahiriah seperti sakit hati karena dihina,
sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian. Atau
penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan. Sementara yang lahir-batin
dapat muncul dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi
yang lain atau dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan
batiniah atau sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun
tidak ada tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula
karena putus asa tidak lulus ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan
perut sakit.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga ringgan.
Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan.
Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap
penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang
dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara
reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga
dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.
Manusia tidak dapat mengatakan setiap situasi masalahnya sama, penderitaanya
sama solusinyapun sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada
siapa pun tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat
muncul kapan pun dan di mana pun. Semisal saat seminar di siang hari, suasana
pengap, ada kipas angin pun masih kipas-kipasan membayangkan ruang ber AC, dan
pulang tidur merentangkan badan di kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum
air dingin. Namun pasien rumah sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang
ber-AC, banyak buah segar dan air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin
cepat pulang. Ada lagi orang yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak
dapat wisata saat liburan, namun ada pula orang yang berpergian membawa uang
banyak tanpa bekal hendak liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari
permukiman, dan saat makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang
tidak dapat menolong dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa dibeli,
terlebih muncul rasa gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.
Penderitaan merupakan realita kehidupan manusia di dunia yang tidak dapat
dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap menghadapi tantangan hidup bila
tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang menghadapi cobaan yang
bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian. Karena
penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan kebahagian
yang lalu maupun yang akan datang.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat mengambil hikmah dari
suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat penderitaan menyebabkan
kegelapan dalam kehidupan. Sehingga penderitaan merupakan hal yang bermanfaat
apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun
orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak
melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmah dan pelajaran yang
didapat dari penderitaan yang dialami.
Penderitaan juga dapat "menular" dari seseorang kepada orang lain.
Misal empati dari sanak-saudara untuk membantu melepaskan penderitaan. Atau
sekedar simpati dari orang lain untuk mengambil pelajaran dan perenungan.
Contoh gamblang penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya
tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal
Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami
penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang
pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah
dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud
ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan
yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai
kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard
muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri
(kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita
yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya,
bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan
dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil,
yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil.
Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara
kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar. Lain lagi dengan filsuf Rusia yang
bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan.
Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita
dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis.
Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman
sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi
filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa
penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat
merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang
terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di
dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari
peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus
menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin
umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur,
terlihat adanya penderitaan. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang
meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi
biksu dan makan dengan cara megembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka
mengalami penderitaan hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah
kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan
hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali
mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Ketika membaca kisah tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa
besar, berani karena benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak
ditemui jiwa munafik, plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
B. Contoh-Contoh Penderitaan
Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi
menjadi 2 bagian sebagai berikut :
1.
Nasip buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi
dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan
takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk
penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul
karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan
optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
2.
Kehilangan
orang tua, setiap manusia pasti
mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya.
Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya
.tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua
manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
3.
Kemiskinan
, banyak orang yang
mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia
punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa
memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena kan kurangnya rasa syukur
manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
4.
Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari
bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa
saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin
yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
·
C. Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan
(Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit
untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Siksaan juga dapat diartikan sebagai
siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani.
Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Apa bila
berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat
mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang
seseorang yang tinggi besar, kokoh, kuat dan dengan muka seram sedang
menggenggam cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang akan disiksa; atau
ia memegang batangan besi yang sudah dipanaskan ujungnya sampai merah dan siap
ditempelkan pada tubuh orang yang akan disiksa. Semua itu dengan maksud agar
orang yang disiksa memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas
dendam.
Siksaan pada manusia juga dapat menimbulkan kreativitas bagi yang pernah
mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung
atau tak langsung. Hal itu terlihat dari banyak cerpen, novel, berita, atau
filem yang mengisahkan tentang siksaan. Dengan menyimak hasil seni atau berita
kita dapat mengambil arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan
ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasi hawa nafsu, godaan setan, tidak
mengenal perikemananusiaan dan sebagainya.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun
psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan
intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau
mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut
sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk
mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan
atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman
bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah digunakan sebagai cara
untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Siksaan yang sifatnya psikis tersebut dapat menimbulkan gejala pada penderita
bisa berupa: kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan berlebih-lebihan yang
tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang
merasa ketakutan antara lain: claustrophobia dan agoraphobia, gamang,
ketakutan, kesakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat
bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam,
yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang.
Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia
adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan
perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan
disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus
menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di
akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki,
memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya. Antara lain, ayat
40 surat Al Ankahut menyatakan :
"masing-masing bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya.
Ada diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang
diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula
yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami
tenggelamkan seperti kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan
menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena
dosa-dosanya”.
Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan
banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman
pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban.
Adapun siksaan bersifat psikis dapat di klasifikasi seperti:
• Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan
pilihan yang mana akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat
membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat
sulit.
• Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh
setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial
,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan
depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa
rohani manusia
• Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang
ditakuti oleh manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat
mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia
berkejatuhan mental.
D. Pengertian Phobia
Fobia adalah rasa
takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak membahayakan. Ketakutan
tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi tertentu, berada suatu tempat,
atau saat melihat hewan dan benda tertentu.
Fobia
termasuk ke dalam penyakit gangguan kecemasan. Penderita fobia biasanya akan berusaha untuk menghindari situasi
dan objek yang dapat memicu ketakutan, atau berusaha menghadapinya sambil
menahan rasa takut dan cemas.
Penyebab
Fobia
Fobia
bisa disebabkan oleh beragam hal. Berdasarkan jenis ketakutan yang timbul,
fobia dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Fobia spesifik
Fobia
spesifik adalah fobia terhadap objek, hewan, situasi, atau aktivitas yang
spesifik. Fobia ini biasanya muncul pada masa anak-anak atau remaja. Contoh
fobia spesifik adalah fobia ruang tertutup (claustrophobia), fobia ketinggian, fobia pergi ke dokter
gigi, fobia laba-laba, atau fobia darah. Terkadang, beberapa orang juga
memiliki fobia yang cukup unik, misalnya fobia hamil (tokophobia) dan fobia gelap.
Fobia kompleks
Fobia
kompleks biasanya berkembang pada masa dewasa. Fobia jenis ini sering
dihubungkan dengan ketakutan dan kecemasan pada suatu situasi atau kondisi.
Fobia ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
·
Agoraphobia, yaitu rasa takut berada di suatu tempat atau
situasi yang membuat penderita sulit kabur, atau pada situasi tertentu yang
akan menyulitkan penderitanya mendapatkan pertolongan.
·
Fobia sosial,
yaitu rasa takut yang muncul dalam situasi sosial tertentu. Contohnya,
penderita sangat takut berbicara di depan orang banyak, sehingga tidak dapat
berbicara di tempat umum.
E. Jenis-Jenis Siksaan Yang
Bersifat Psikis
Adapun siksaan bersifat
psikis dapat di klasifikasi seperti:
• Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan
pilihan yang mana akan mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat
membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat
sulit.
• Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh
setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial
,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan
depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa
rohani manusia
• Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang
ditakuti oleh manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat
mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia
berkejatuhan mental.
F. Penyebab Seseorang
Ketakutan
Ada
beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya Ketakukatan (fobia), di
antaranya:
·
Mengalami insiden atau trauma tertentu,
misalnya takut naik pesawat akibat pernah mengalami turbulensi di pesawat.
·
Menderita gangguan mental, seperti skizofrenia,
depresi, OCD,
gangguan panik, PTSD (post-traumatic stress disorder), atau gangguan kecemasan umum.
·
Memiliki orang tua yang terlalu melindungi (over
protective) atau memiliki hubungan yang kurang dekat dengan orang tua.
·
Memiliki anggota keluarga yang mengalami fobia
tertentu. Misalnya fobia terhadap laba-laba, karena ada keluarga yang juga
takut pada laba-laba.
·
Mengalami tekanan atau stres dalam jangka waktu panjang. Stres yang
tidak dikelola dengan baik berisiko menurunkan kemampuan seseorang untuk
mengatasi ketakutan yang muncul pada situasi atau kondisi tertentu.
·
Kondisi lain, seperti mengalami cedera kepala yang
menyebabkan kerusakan pada otak atau pernah menyalahgunakan NAPZA atau kecanduan alkohol.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manusia menjalani
kehidupan didunia ini akan selalu mengalami dua hal yang selalu
silih berganti antara kebahagiaan / kesenangan dengan penderitaaan / kesusahan.
Penderitaan atau kesusahan itu merupakan ujian dari Allah SWT yang telah
menciptakan manusia, penderitaan itu dapat menimpah kepada dua aspek dari
manusia yaitu aspek jasmani dan aspek rohani, penderitaan dapat berupa siksaan
yaitu kebimbangan, kesepian dan ketakutan serta kekalutan mental yang dapat
membuat manusia menderita. Manusia akan lebih menghargai kebahagiaan kalau
manusia itu pernah merasakan penderitaan, karena ia merasakan bagaimana rasanya
menderita dan ternyata suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan untuk
meraih kesuksesan atau cita-cita, banyak kita temukan atau jumpai
ternyata seseorang yang menderita ternyata mempunyai semangat / kekuatan
baru dalam menjalani hidupnya (tahan banting), tergantung bagaimana
seseorang tersebut mengambil hikmah atau pelajaran dari segala bentuk
penderitaan yang dialaminya, contohnya : semula ia adalah seseorang yang hidup sangat
sederhana, yang setiap waktu biaya hidupnya hanya dari mengumpulkan
barang-barang bekas, tapi berkat keuletan dan semangatnya dalam menjalani hidup
ternyata dilain waktu hidupnya berubah, sekarang ia menjadi bos atau juragan,
dan berubahlah hidupnya sekarang, yang dahulunya penuh dengan kekurangan dan
penderitaan menjadi serba ada, dari contoh penderitaan diatas, ternyata sebuah
penderitaan itu tidak selamanya buruk, tergantung dari segi dan apa yang dapat
kita ambil dari suatu penderitaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/fobia#:~:text=Faktor%20risiko%20fobia&text=Mengalami%20insiden%20atau%20trauma%20tertentu,)%2C%20atau%20gangguan%20kecemasan%20umum.
Supartono
W, Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
TEMPO
Interaktif
Http://egapramesti.wordpress.com/2011/04/30/Manusia-dan-penderitaan/
Http://hadiprianto.blogspot.com/2014/04/manusia-dan-penderitaan.html
Prof.
Abdulkadir Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya
Bakti
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.http://dewirosdyana.wordpress.com/ilmu-budaya-dasar/bab-1-manusia-dan-kebudayaan/. 1 Oktober 2013
https://rrachman.wordpress.com/2013/10/15/ibd-manusia-dan-penderitaan/
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat
Kuliah UniversitasGunadarma.Depok
Komentar
Posting Komentar